Jumat, 18 Mei 2012

Cara Merawat Belimbing

Sepintas hamparan 1.200 pohon belimbing di sebuah kebun di Lampung itu menyedihkan. Tinggi tanaman berumur 14 tahun hanya 1,7-2 m. Batang dan percabangan yang minim daun merebah. Mirip pohon sakit dan kurang hara. Namun, di mata Ir AF Margianasari, pakar buah di Taman Wisata Mekarsari, Bogor, pemandangan itu istimewa. ‘Buah mudah dibungkus dan dipanen. Perawatan pohon pun gampang,’ katanya. Itulah suasana kebun belimbing Margo Farm milik Kasem Usman di Kalianda, Lampung Selatan. Dari pohon pendek berbatang rebah itu dipanen 0,5-1 ton buah bintang yang dikirim ke toko buah modern di Jakarta. ‘Panen diatur seminggu 2 kali. Setiap periode berbuah, 1 pohon mampu menghasilkan 20-30 kg,’ kata Kasem. Bobot dan ukuran buah diatur dengan penjarangan sehingga bobotnya 300-500 g per buah. Menurut Margianasari pada belimbing berbatang pendek pengaturan panen, bobot buah, dan kontrol kualitas memang mudah dilakukan. ‘Pembungkusan buah mudah. Pengecekan juga gampang karena perawat tak perlu susah payah memanjat,’ kata Riris, sapaan akrab Margianasari. Pemandangan yang mirip dengan kebun Kasem, juga ditemukan di Pingtung, Taiwan Selatan. Pada 2003 Dr Ir Mohamad Reza Tirtawinata MS, pakar buah di Bogor, melihat pekebun di sana menjulurkan cabang belimbing secara horizontal. Cabang dan dahan Avervhoa carambola dirambatkan pada para-para berketinggian 2,5-2,75 m. Para-para dibuat dengan kawat besi yang disangga tiang beton (baca Para-para untuk Carambola, Trubus September 2003). Pangkas rutin Menurut Kasem, membuat belimbing bercabang horizontal mesti dilakukan sejak tanaman muda. Batang utama bibit asal okulasi berumur 6 bulan dipangkas dan disisakan 20 cm. Dari bawah potongan itu muncul 2-3 cabang yang tetap dipertahankan. Cabang itu dipangkas dengan menyisakan 20 cm. Pemangkasan terus dilakukan dan percabangan diarahkan secara horizontal. Caranya dengan mengikat cabang pada bambu atau kayu. Tunas air (tunas tak produktif, red) yang umumnya tumbuh secara vertikal dibuang. Dengan cara itu praktis tak ada batang utama yang tumbuh vertikal. Artinya, tanaman lebih mudah menerima sinar matahari. ‘Meski daun sedikit, tapi optimal berfotosintesis. Bandingkan dengan tajuk yang terlalu rimbun. Daun bagian dalam ternaungi dan tak produktif mengolah makanan,’ ujar Kasem yang juga pekebun durian itu. Belimbing berumur 1 tahun dari bibit okulasi mulai belajar berbuah. Pada umur 3-4 tahun tinggi pohon mencapai 2 m. Saat itulah pemangkasan rutin dan perompesan bunga untuk pengaturan buah mulai dilakukan. Menurut Margianasari, dengan teknik ala Kasem buah muncul hanya dari batang dan cabang produktif. ‘Kualitas buah lebih unggul,’ katanya. Itu berbeda dengan buah yang muncul dari ujung ranting pada tanaman yang dibiarkan meninggi. Ukuran buah kecil. Letaknya yang jauh dari batang utama membuat pasokan nutrisi untuk perkembangan buah lebih sedikit. Hormon bunga Teknik mengarahkan pertumbuhan batang dan cabang secara horizontal sebetulnya banyak dilakukan pada tanaman buah lain. Misal, pada jambu getas untuk merangsang keluarnya tunas bunga. ‘Dengan posisi mendatar, maka apikal dominan dihambat untuk mencapai keseimbangan distribusi hormon. Interaksi beberapa hormon dengan karbohidrat juga memicu aktivitas hormon pembungaan. Pembungaan akan diperkuat apabila tanah di bawah tajuk pohon cepat kering terkena cahaya matahari, sehingga tanaman kekurangan air,’ tutur Reza. Itulah sebabnya, meski panen 3 kali setahun, Kasem masih tetap memanen saat bukan musim. ‘Volume panen memang hanya setengah, tapi tetap menguntungkan karena kontinuitas panen tetap terjaga,’ tuturnya. Toh, teknik budidaya ala Kasem juga mempunyai kelemahan. Selama 11 tahun batang dan cabang yang sama memunculkan buah terus-menerus setiap musim. ‘Tanaman bisa stres bila digenjot seperti itu,’ kata Margianasari. Kendala itu bisa diatasi dengan membuat program pemulihan tanaman. Caranya, setiap pohon secara rutin, misal 2-3 tahun sekali, diistirahatkan berbuah dengan membuang semua bunga yang muncul. Cabang tua dan sakit dipangkas. Berbarengan dengan itu pada musim penghujan dibenamkan pupuk kandang sebagai sumber energi. Di saat itulah pertumbuhan vegetatif belimbing dipertahankan. Cabang baru yang muncul dipilih yang produkSepintas hamparan 1.200 pohon belimbing di sebuah kebun di Lampung itu menyedihkan. Tinggi tanaman berumur 14 tahun hanya 1,7-2 m. Batang dan percabangan yang minim daun merebah. Mirip pohon sakit dan kurang hara. Namun, di mata Ir AF Margianasari, pakar buah di Taman Wisata Mekarsari, Bogor, pemandangan itu istimewa. ‘Buah mudah dibungkus dan dipanen. Perawatan pohon pun gampang,’ katanya. Itulah suasana kebun belimbing Margo Farm milik Kasem Usman di Kalianda, Lampung Selatan. Dari pohon pendek berbatang rebah itu dipanen 0,5-1 ton buah bintang yang dikirim ke toko buah modern di Jakarta. ‘Panen diatur seminggu 2 kali. Setiap periode berbuah, 1 pohon mampu menghasilkan 20-30 kg,’ kata Kasem. Bobot dan ukuran buah diatur dengan penjarangan sehingga bobotnya 300-500 g per buah. Menurut Margianasari pada belimbing berbatang pendek pengaturan panen, bobot buah, dan kontrol kualitas memang mudah dilakukan. ‘Pembungkusan buah mudah. Pengecekan juga gampang karena perawat tak perlu susah payah memanjat,’ kata Riris, sapaan akrab Margianasari. Pemandangan yang mirip dengan kebun Kasem, juga ditemukan di Pingtung, Taiwan Selatan. Pada 2003 Dr Ir Mohamad Reza Tirtawinata MS, pakar buah di Bogor, melihat pekebun di sana menjulurkan cabang belimbing secara horizontal. Cabang dan dahan Avervhoa carambola dirambatkan pada para-para berketinggian 2,5-2,75 m. Para-para dibuat dengan kawat besi yang disangga tiang beton (baca Para-para untuk Carambola, Trubus September 2003). Pangkas rutin Menurut Kasem, membuat belimbing bercabang horizontal mesti dilakukan sejak tanaman muda. Batang utama bibit asal okulasi berumur 6 bulan dipangkas dan disisakan 20 cm. Dari bawah potongan itu muncul 2-3 cabang yang tetap dipertahankan. Cabang itu dipangkas dengan menyisakan 20 cm. Pemangkasan terus dilakukan dan percabangan diarahkan secara horizontal. Caranya dengan mengikat cabang pada bambu atau kayu. Tunas air (tunas tak produktif, red) yang umumnya tumbuh secara vertikal dibuang. Dengan cara itu praktis tak ada batang utama yang tumbuh vertikal. Artinya, tanaman lebih mudah menerima sinar matahari. ‘Meski daun sedikit, tapi optimal berfotosintesis. Bandingkan dengan tajuk yang terlalu rimbun. Daun bagian dalam ternaungi dan tak produktif mengolah makanan,’ ujar Kasem yang juga pekebun durian itu. Belimbing berumur 1 tahun dari bibit okulasi mulai belajar berbuah. Pada umur 3-4 tahun tinggi pohon mencapai 2 m. Saat itulah pemangkasan rutin dan perompesan bunga untuk pengaturan buah mulai dilakukan. Menurut Margianasari, dengan teknik ala Kasem buah muncul hanya dari batang dan cabang produktif. ‘Kualitas buah lebih unggul,’ katanya. Itu berbeda dengan buah yang muncul dari ujung ranting pada tanaman yang dibiarkan meninggi. Ukuran buah kecil. Letaknya yang jauh dari batang utama membuat pasokan nutrisi untuk perkembangan buah lebih sedikit. Hormon bunga Teknik mengarahkan pertumbuhan batang dan cabang secara horizontal sebetulnya banyak dilakukan pada tanaman buah lain. Misal, pada jambu getas untuk merangsang keluarnya tunas bunga. ‘Dengan posisi mendatar, maka apikal dominan dihambat untuk mencapai keseimbangan distribusi hormon. Interaksi beberapa hormon dengan karbohidrat juga memicu aktivitas hormon pembungaan. Pembungaan akan diperkuat apabila tanah di bawah tajuk pohon cepat kering terkena cahaya matahari, sehingga tanaman kekurangan air,’ tutur Reza. Itulah sebabnya, meski panen 3 kali setahun, Kasem masih tetap memanen saat bukan musim. ‘Volume panen memang hanya setengah, tapi tetap menguntungkan karena kontinuitas panen tetap terjaga,’ tuturnya. Toh, teknik budidaya ala Kasem juga mempunyai kelemahan. Selama 11 tahun batang dan cabang yang sama memunculkan buah terus-menerus setiap musim. ‘Tanaman bisa stres bila digenjot seperti itu,’ kata Margianasari. Kendala itu bisa diatasi dengan membuat program pemulihan tanaman. Caranya, setiap pohon secara rutin, misal 2-3 tahun sekali, diistirahatkan berbuah dengan membuang semua bunga yang muncul. Cabang tua dan sakit dipangkas. Berbarengan dengan itu pada musim penghujan dibenamkan pupuk kandang sebagai sumber energi. Di saat itulah pertumbuhan vegetatif belimbing dipertahankan. Cabang baru yang muncul dipilih yang produktif dan di arahkan secara horizontal. Dengan cara itu pohon tetap pendek, tumbuh horizontal, tapi tetap sehat. Buah yang dihasilkan pun gemuk. (Destika Cahyana/Peliput: Niken Anggrek Wulan dan Nesia Artdiyasa)tif dan di arahkan secara horizontal. Dengan cara itu pohon tetap pendek, tumbuh horizontal, tapi tetap sehat. Buah yang dihasilkan pun gemuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar